Selasa, 26 November 2013

Fashion Show PAKAIAN DAERAH

Ken Arok Ken Dedes (1983) full movies

KEN DEDES KEN AROK


Dalam setiap peristiwa-peristiwa sejarah besar, kerap ditandai dengan romantika percintaan yang di dalamnya. Tak jarang kisah asmara dalam sejarah tersebut menjadi pemicu bagi perubahan sejarah berikutnya. Seperti kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes misalnya. Perjalanan asmara dua manusia yang berlainan karakter ini menandai perubahan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa seperti kerajaan Singasari, Majapahit, Demak, dan Mataram.

Ken Arok adalah anak seorang janda bernama Ken Endhog. Semasa bayi, ia dibuang oleh ibunya dan dipelihara oleh seorang pencuri bernama Durjana Lembong. Ken Arok tumbuh menjadi seorang pencuri dan penjudi yang sangat handal. Suatu hari ia bertemu dengan Danghyang Lohgawe, seorang abdi kerajaan Tumapel. Kemudian Danghyang Lohgawe menghadap raja Tumapel, Tunggul Ametung, dan meminta sang raja agar menerima bakti seorang pemuda bernama Ken Arok. Karena kepandaian dan kemampuan yang dimiliki Ken Arok, akhirnya sang raja mengizinkan Ken Arok untuk menjadi abdi Tunggul Ametung.

Sementara itu, Tunggul Ametung mendengar ada seorang perawan desa cantik jelita bernama Ken Dedes. Ken Dedes adalah anak seorang empu bernama Purwa Widagda. Ken Dedes dibawa lari oleh Tunggul Ametung ketika bapaknya sedang berada di ladang. Ken Dedes kemudian dijadikan permaisuri. Suatu hari, Ken Arok melihat betis permaisuri yang turun dari kereta kencana. Ia benar-benar terpesona dengan betis dan kecantikan Ken Dedes. Ia segera mencari jalan agar dapat memiliki sang permaisuri.

Ken Arok kemudian menghadap seorang Pande bernama Mpu Gandring untuk membuat sebuah keris bertuah. Mpu Gandring menyanggupinya, namun ia meminta waktu agak lama kepada Ken Arok. Begitu Ken Arok kembali menghadap Mpu Gandring, keris yang dipesannya belum jadi secara sempurna. Ken Arok yang sudah tidak sabar merebut keris itu dan menghujamkannya ke dada Empu Gandring. Sebelum benar-benar mati, Mpu Gandring sempat berkata bahwa keris itu akan membunuh Ken Arok hingga tujuh keturunan. Kemudian Ken Arok kembali ke Tumapel, dan membunuh Tunggul Ametung dengan umpan temannya, Kebo Ijo. Setelah itu kemudian Ken Arok menjadi raja Tumapel dengan permaisuri Ken Dedes. Sejak saat itu, secara bergantian keturunan-keturunan Ken Arok tumbang dan mati oleh keris Mpu Gandring seperti sumpah sang Mpu.

Pada awalnya saya tertarik ingin mengetahui kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes secara lebih detail. Namun ketika membaca buku “Ken Arok-Ken Dedes; Sebuah Kisah Cinta” karya Dr. Purwadi, M.Hum ini, saya sedikit kecewa. Sebab, secara keseluruhan buku ini hanya berisi tentang asal-muasal sosok Ken Arok dan Ken Dedes secara umum. Selebihnya hanya keterangan tentang pergantian raja-raja keturunan Ken Arok yang notabene sudah jamak diketahui oleh khalayak terutama bagi para pecinta buku sejarah. Sangat disayangkan, sepertinya Judul Buku ini yang digunakan penulis sebagai pelaris saja.

Meski demikian, buku setebal 220 halaman ini sejatinya cocok bagi para pembaca yang ingin mengetahui sejarah Ken Arok dan Ken Dedes sebagai gerbang untuk mempelajari sejarah perjalanan kerajaan-kerajaan di Jawa.

Labels: Non Fiksi

KEN DEDES KEN AROK


Dalam setiap peristiwa-peristiwa sejarah besar, kerap ditandai dengan romantika percintaan yang di dalamnya. Tak jarang kisah asmara dalam sejarah tersebut menjadi pemicu bagi perubahan sejarah berikutnya. Seperti kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes misalnya. Perjalanan asmara dua manusia yang berlainan karakter ini menandai perubahan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa seperti kerajaan Singasari, Majapahit, Demak, dan Mataram.

Ken Arok adalah anak seorang janda bernama Ken Endhog. Semasa bayi, ia dibuang oleh ibunya dan dipelihara oleh seorang pencuri bernama Durjana Lembong. Ken Arok tumbuh menjadi seorang pencuri dan penjudi yang sangat handal. Suatu hari ia bertemu dengan Danghyang Lohgawe, seorang abdi kerajaan Tumapel. Kemudian Danghyang Lohgawe menghadap raja Tumapel, Tunggul Ametung, dan meminta sang raja agar menerima bakti seorang pemuda bernama Ken Arok. Karena kepandaian dan kemampuan yang dimiliki Ken Arok, akhirnya sang raja mengizinkan Ken Arok untuk menjadi abdi Tunggul Ametung.

Sementara itu, Tunggul Ametung mendengar ada seorang perawan desa cantik jelita bernama Ken Dedes. Ken Dedes adalah anak seorang empu bernama Purwa Widagda. Ken Dedes dibawa lari oleh Tunggul Ametung ketika bapaknya sedang berada di ladang. Ken Dedes kemudian dijadikan permaisuri. Suatu hari, Ken Arok melihat betis permaisuri yang turun dari kereta kencana. Ia benar-benar terpesona dengan betis dan kecantikan Ken Dedes. Ia segera mencari jalan agar dapat memiliki sang permaisuri.

Ken Arok kemudian menghadap seorang Pande bernama Mpu Gandring untuk membuat sebuah keris bertuah. Mpu Gandring menyanggupinya, namun ia meminta waktu agak lama kepada Ken Arok. Begitu Ken Arok kembali menghadap Mpu Gandring, keris yang dipesannya belum jadi secara sempurna. Ken Arok yang sudah tidak sabar merebut keris itu dan menghujamkannya ke dada Empu Gandring. Sebelum benar-benar mati, Mpu Gandring sempat berkata bahwa keris itu akan membunuh Ken Arok hingga tujuh keturunan. Kemudian Ken Arok kembali ke Tumapel, dan membunuh Tunggul Ametung dengan umpan temannya, Kebo Ijo. Setelah itu kemudian Ken Arok menjadi raja Tumapel dengan permaisuri Ken Dedes. Sejak saat itu, secara bergantian keturunan-keturunan Ken Arok tumbang dan mati oleh keris Mpu Gandring seperti sumpah sang Mpu.

Pada awalnya saya tertarik ingin mengetahui kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes secara lebih detail. Namun ketika membaca buku “Ken Arok-Ken Dedes; Sebuah Kisah Cinta” karya Dr. Purwadi, M.Hum ini, saya sedikit kecewa. Sebab, secara keseluruhan buku ini hanya berisi tentang asal-muasal sosok Ken Arok dan Ken Dedes secara umum. Selebihnya hanya keterangan tentang pergantian raja-raja keturunan Ken Arok yang notabene sudah jamak diketahui oleh khalayak terutama bagi para pecinta buku sejarah. Sangat disayangkan, sepertinya Judul Buku ini yang digunakan penulis sebagai pelaris saja.

Meski demikian, buku setebal 220 halaman ini sejatinya cocok bagi para pembaca yang ingin mengetahui sejarah Ken Arok dan Ken Dedes sebagai gerbang untuk mempelajari sejarah perjalanan kerajaan-kerajaan di Jawa.

Labels: Non Fiksi

Balinese Dancer Inspired Makeup Tutorial

Balinese Dancer Inspired Makeup Tutorial

BLAJAR TARI BALI PART 3

BLAJAR TARI BALI PART 2

BELAJAR TARI BALI PART 1

SANGAT DI SESALI


Perayaan upacara keagamaan di Indonesia memang cukup unik untuk dijadikan objek wisata. Contohnya apabila kita berkunjung ke Pulau Dewata, Bali. Tak sedikit wisatawan lokal maupun macanegara yang terkagum-kagum dengan ritual serta tempat ibadahnya.

Baru-baru ini perayaan Waisak, salah satu upacara keagamaan umat Budha yang digelar di Candi Borobudur, menuai banyak wisatawan. Namun sayangnya, kesakralan upacara tersebut dirasa terganggu oleh ulah pengunjung. Bahkan saking ramainya, karpet kuning yang sejatinya menjadi tempat duduk umat untuk melakukan ritual pada perayaan tersebut disesaki oleh turis yang bercanda ria. Tidak hanya ulang pengunjung yang dikeluhkan, sampah sisa makanan, minuman hingga kertas tissue juga teronggok di sana-sini.

Wajar saja jika usai acara perayaan tersebut banyak biksu yang mengeluh kepada pengelola candi atas ulah wisatawan yang datang. Seharusnya ini adalah perayaan suci dan sakral umat Budha, bukan malah menjadi objek wisata yang justru merusak kegiatan upacara sakral tersebut dan merusaknya.

“Kami mendapat keluhan dari para biksu dan banthe mengenai fotografer yang memotret saat prosesi doa waisak berlangsung. Sebagian fotografer yang mengambil gambar terlalu dekat dengan biksu, bahkan memakai flash. Ini diprotes oleh biksu dan panitia,” Kata Purta Dirgantara, Humas PT Taman Wisata Candi Borobudur kepada Okezone.com.

Bukan berarti pihak pengelola candi diam saja atas ulah fotografer tersebut, namun sayang peringatan yang diberikan malah dihiraukan. Bahkan kebanyakan dari mereka mengaku mengambil gambar adalah kebebasan. Waisak yang seharusnya menjadi momen sakral umat Budha, justru malah sebaliknya. Mereka tidak dapat beribadah dengan tenang lantaran para turis penasaran menunggu pelepasan lampion, yang perhelatannya diadakan berbarengan.

Sejatinya, toleransi antar umat beragama harus tetap dijaga. Hormat-menghormati dan tepo seliro wajib terus diagungkan. Memang tidak ada larangan yang menyatakan bahwa turis tidak boleh ikut meramaikan prosesi sakral ini. Namun sebaiknya jangan sampai mengganggu kekhusyukan dan kekhidmatan orang yang sedang melakukan ibadah.

Seperti dilansir oleh founder forum fotografi Fotografer.net, Kristupa Saragih, sebaiknya fotografer yang hendak mengabadikan acara-acara keagaaman menggunakan lensa tele agar tidak memotret terlalu dekat dengan umat yang sedang beribadah. Mereduksi penggunaan lampu flash juga dirasa dapat mengurangi resiko terganggunya kekhusyukan.
foto: www.berita.plasa.msn.com

ADA YANG TAU ?


Siapakah sesungguhnya Bangsa Indonesia? Ada banyak cara/versi untuk menerangkan jawaban atas pertanyaan tadi. Dari semua versi, keseluruhannnya berpendapat sama jika lelulur masyarakat Indonesia yang sekarang ini mendiami Nusantara adalah bangsa pendatang. Penelitian arkeologi dan ilmu genetika memberikan bukti kuat jika leluhur Bangsa Indonesia bermigrasi dari wilayah Asia ke wilayah Asia bagian Selatan. Masyarakat Indonesia mungkin banyak yang tidak menyadari apabila perbedaan warna kulit, suku, ataupun bahasa tidak menutupi fakta suatu bangsa yang memiliki rumpun sama, yaitu rumpun Austronesia. Jika melihat catatan penelitian dan kajian ilmiah tentang asal-usul suatu bangsa, apakah masyarakat Indonesia menyadari jika mereka berasal (keturunan) dari leluhur yang sama (satu rumpun)?

Topik dalam tulisan ini sebelumnya sudah sering dibahas di media cetak maupun elektronik, termasuk juga dituliskan oleh beberapa blogger. Sayang sekali di setiap penulisan tidak memberikan penegasan apapun kecuali hanya sekedar informasi umum. Pada prinsipnya, dengan menelusuri asal-usul suatu bangsa, setidaknya akan diketahui gambaran atas pemikiran, paham, ataupun anggapan tentang sikap suatu bangsa.

Menelusuri asal-usul suatu bangsa tidak sekedar membutuhkan bidang ilmu antropologi, akan tetapi sudah masuk ke dalam ranah ilmu genetika. Pada awalnya, penelurusuran hanya didasarkan pada bukti-bukti arkeologi dan pola penuturan bahasa. Temuan terbaru cukup mengejutkan karena merubah keseluruhan fakta di masa lalu jika selama ini leluhur Bangsa Indonesia bukan berasal dari Yunan.

Teori Awal Tentang Yunan
Teori awal tengan asal-usul Bangsa Indonesia dikemukakan oleh sejarawan kuno sekaligus arkeolog dari Austria, yaitu Robern Barron von Heine Geldern atau lebih dikenal von Heine Geldern (1885-1968). Berdasarkan kajian mendalam atas kebudayaan megalitik di Asia Tenggara dan beberapa wilayah di bagian Pasifik disimpulkan bahwa pada masa lampau telah terjadi perpindahan (migrasi) secara bergelombang dari Asia sebelah Utara menuju Asia bagian Selatan. Mereka ini kemudian mendiami wilayah berupa pulau-pulau yang terbentang dari Madagaskar (Afrika) sampai dengan Pulau Paskah (Chili), Taiwan, dan Selandia Baru yang selanjutnya wilayah tersebut dinamakan wilayah berkebudayaan Austronesia. Teori mengenai kebudayaan Austronesia dan neolitikum inilah yang sangat populer di kalangan antropolog untuk menjelaskan misteri migrasi bangsa-bangsa di masa neolitikum (2000 SM hingga 200 SM).

Teori von Heine Geldern tentang kebudayaan Austronesia mengilhami pemikiran tentang rumpun kebudayaan Yunan (Cina) yang masuk ke Asia bagian Selatan hingga Australia. Salah satunya pula yang melandasi pemikiran apabila leluhur Bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Teori ini masih sangat lemah (kurang akurat) karena hanya didasarkan pada bukti-bukti kesamaan secara fisik seperti temuan benda-benda arkeologi ataupun kebudayaan megalitikum. Teori ini juga sangat mudah diperdebatkan setelah ditemukannya catatan-catatan sejarah di Borneo (Kalimantan), Sulawesi bagian Utara, dan Sumatera yang saling bertentangan dengan teori Out of Yunan. Sayangnya, masih banyak pendidikan dasar di Indonesia yang masih mempertahankan prinsip ‘Out of Yunan’.

Teori Linguistik
Teori mengenai asal-usul Bangsa Indonesia kemudian berpijak pada studi ilmu linguistik. Dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang digunakan leluhur yang menetap di wilayah Nusantara berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Teori linguistik membuka pemikiran baru tentang sejarah asal-usul Bangsa Indonsia yang disebut pendekatan ‘Out of Taiwan’. Teori ini dikemukakan oleh Harry Truman Simandjuntak yang selanjutnya mendasar teori moderen mengenai asal usul Bangsa Indonesia.

Pada prinsipnya, menurut pendekatan ilmu linguistik, asal-usul suatu bangsa dapat ditelusuri melalui pola penyebaran bahasanya. Pendekatan ilmu linguistik mendukung fakta penyebaran bangsa-bangsa rumpun Austronesia. Istilah Austronesia sendiri sesungguhnya mengacu pada pengertian bahasa penutur. Bukti arkeologi menjelaskan apabila keberadaan bangsa Austronesia di Kepulauan Formosa (Taiwan) sudah ada sejak 6000 tahun yang lalu. Dari kepulauan Formosa ini kemudian bangsa Austronesia menyebar ke Filipina, Indonesia, Madagaskar (Afrika), hingga ke wilayah Pasifik. Sekalipun demikian, pendekatan ilmu linguistik masih belum mampu menjawab misteri perpindahan dari Cina menuju Kepulauan Formosa.

Pendekatan Teori Genetika
Teori dengan pendekatan ‘Out of Taiwan’ nampaknya semakin kuat setelah disertai bukti-bukti berupa kecocokan genetika. Riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah di Cina. Temuan ini tentunya cukup mengejutkan karena dianggap memutuskan dugaan gelombang migrasi yang berasal dari Cina, termasuk di antaranya pendekatan ‘Out of Yunan’. Sebaliknya, kecocokan pola genetika justru semakin memperkuat pendekatan ‘Out of Taiwan’ yang sebelumnya juga dijadikan dasar pemikiran arkeologi dengan pendekatan ilmu linguistik.

Dengan menggunakan pendekatan ilmu linguistik dan riset genetika, maka asal-usul Bangsa Indonesia bisa dipastikan bukan berasal dari Yunan, akan tetapi berasal dari bangsa Austronesia yang mendiami Kepulauan Formosa (Taiwan). Direktur Institut Biologi Molekuler, Prof. Dr Sangkot Marzuki menyarankan untuk dilakukan perombakan pandangan yang tentang asal-usul Bangsa Indonesia. Dari pendekatan genetika menghasilkan beragam pandangan tentang pola penyebaran bangsa Austronesia. Hingga saat ini masih dilakukan berbagai kajian mendalam untuk memperkuat pendugaan melalui pendekatan linguistik tentang pendekatan ‘Out of Taiwan’.

Jalur Migrasi
Jalur migrasi berdasarkan pendekatan ‘Out of Taiwan’ bertentangan dengan pendekatan ‘Out of Yunan’. Pendekatan ‘Out of Yunan’ menerangkan migrasi Austronesia bermula dari Utara menuju semenanjung Melayu yang selanjutnya menyebar ke wilayah Timur Indonesia. Pendekatan ‘Out of Yunan’ dapat dilemahkan setelah ditelusuri berdasarkan pendekatan linguistik dan diperkuat pula oleh pembuktian genetika.

Berdasarkan pendekatan ‘Out of Taiwan’, migrasi leluhur dari Taiwan (Formosa) tiba terlebih dulu di Filipina bagian Utara sekitar 4500 hingga 3000 SM. Diduga migrasi dilakukan untuk memisahkan diri mencari wilayah baru di Selatan. Akibat dari migrasi ini kemudian membentuk budaya baru, termasuk diantaranya pembentukan cabang bahasa yang disebut Proto-Malayo-Polinesia (PMP). Teori migrasi awal bangsa Austronesia dari Formosa disampaikan oleh Daud A. Tanudirjo berdasarkan pandangan pakar linguistik Robert Blust yang menerangkan pola penyebaran bangsa-bangsa Austronesia.

Pada tahap selanjutnya sekitar 3500 hingga 2000 SM terjadi migrasi dari Masyarakat yang semula mendiami Filipina dengan tujuan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara. Migrasi yang berakhir di Maluku Utara ini kemudian meneruskan migrasinya sekitar tahun 3000 hingga 2000 SM menuju ke Selatan dan Timur. Migrasi di bagian Selatan menuju gugus Nusa Tenggara, sedangkan di bagian Timur menuju pantai Papua bagian Barat. Dari Papua Barat ini kemudian mereka bermigrasi lagi dengan tujuan wilayah Oseania hingga mencapai Kepulauan Bismarck (Melanesia) sekitar 1500 SM.

Pada periode 3000 hingga 2000 SM, migrasi juga dilakukan ke bagian Barat yang dilakukan oleh mereka yang sebelumnya menghuni Kalimantan dan Sulawesi menuju Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, hijrah pun diteruskan menuju semenanjung Melayu hingga ke seluruh wilayah di Asia Tenggara. Proses migrasi berulang-ulang dan menghabiskan masa ribuan tahun tidak hanya membentuk keanekaragaman budaya baru, akan tetapi juga pola penuturan (bahasa) baru.

Penutup
Teori asal-usul Bangsa Indonesia dengan pendekatan ‘Out of Taiwan’ saat ini adalah teori paling mendukung karena disertai bukti linguistik dan genetika. Kesamaan pola budaya Megalitikum hanya bisa menjelaskan pola variasi budaya, akan tetapi belum mampu untuk menjelaskan arus migrasi pertama kali. Pendekatan ‘Out of Taiwan’ pun bukannya tanpa celah. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr Sangkot Marzuki, teori mengenai keberadaan bangsa Austronesia berdasarkan pendekatan genetika juga masih beragam dan belum menemukan titik temu.

Jika ditanya motif suku-suku bangsa ketika itu untuk menggabungkan diri ke dalam NKRI bukanlah semata didasarkan atas kesamaan nasib. Kesamaan asal usul leluhur sangat dimungkinkan bagi melatarbelakangi keinginan untuk menyatukan kembali menjadi suatu bangsa. Kedatangan kolonial Eropa yang meng-kapling wilayah menyebabkan suku-suku bangsa di wilayah penyebaran Austronesia menjadi terpisah secara politik satu dengan yang lain. Tidak mengherankan apabila catatan sejarah Majapahit dan Sriwijaya wilayah meng-klaim Nusantara sebagai wilayah kekuasaan Austronesia.

Kisah tentang sejarah asal-usul Bangsa Indonesia sesungguhnya masih belum terungkap penuh. Temuan terbaru dari Prof. Dr Sangkot Marzuki bahkan menyatakan jika penyebaran bangsa dengan bahasa Austronesia berawal dari wilayah Sunda (Jawa Barat). Perlu kiranya pemikiran atau teori baru tentang asal-usul Bangsa Indonesia dikaji ulang. Untuk awal, setidaknya dengan membebaskan terlebih dahulu paham ‘Out of Yunan’.

Sekalipun belum ditemukan bukti-bukti genetika secara meyakinkan, suku bangsa Austronesia yang menempati gugus kepulauan Formosa (Taiwan) diduga kuat bermigrasi dari wilayah Utara (Cina). Rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa lainnya di Asia Tenggara merupakan filum Bahasa Austrik. Dilihat dari kekerabatan linguistik (hipotesis filum Austrik), semua bahasa di wilayah Tiongkok bagian Selatan memiliki kedekatan (kekerabatan) dengan rumpun Bahasa Austrik. Jika hendak ditarik benang merahnya, maka diskriminasi rasial tidak perlu terjadi di negeri ini. Dengan memahami sejarah masa lalu dirinya sendiri, setidaknya bangsa ini akan lebih bijaksana dalam memberikan sikap.

GAK ADA SALAH NYA KALO TAU KAN YA ?

Rasinah, Penari Topeng Indramayu yang Melegenda

Mimi Rasinah, demikian sang nenek biasa dipanggil. Mimi adalah panggilan untuk ibu bagi masyarakat di Cirebon dan Indramayu, sedang untuk ayah disebut mama. Dalam usianya yang renta Mimi Rasinah tetap bertekad untuk terus menarikan tarian topeng yang konon diciptakan pertama kali oleh Sunan Gunung Jati, salah seorang wali songo, sebagai alat diplomasi dalam penyebaran agama Islam di wilayah Cirebon. “Saya akan berhenti menari kalau sudah mati” itulah pancaran tekad dari penari legendaris yang tetap menari walau dalam kondisi fisik sakit. Baginya orang lain tidak perlu tahu jika ia sedang sakit. Ya, Mimi Rasinah bukanlah seniman cengeng. Pendiri sekaligus pengasuh Sanggar Mulya Bakti ini tidak pernah mengeluh dalam memperjuangkan jalan tarinya.

Mimi Rasinah lahir di dalam lingkungan keluarga seniman di Indramayu, Jawa Barat pada 3 Februari 1930. Ayahnya seorang dalang mengajarinya menari sejak berusia 5 tahun. Bahkan, saat Mimi Rasinah baru menginjak usia 7 tahun ayahnya sudah menempanya dengan mengajak Rasinah cilik mengamen berkeliling, bebarang sebutannya. Dalam menempuh jalan hidupnya Mimi Rasinah mengalami berbagai deraan berat yang bahkan sempat mematahkan semangatnya dalam melestarikan kesenian tari topeng Indramayu. Pada masa penjajahan Jepang tari topeng yang dibawakannya dianggap sebagai aktivitas mata-mata. Maka kelompok tari yang dipimpin oleh Lastra, ayah Mimi Rasinah, pun dibekukan. Bahkan pada masa agresi militer Belanda di tanah persada ini, dengan tuduhan yang sama seperti yang ditudingkan oleh tentara Bela Diri Jepang, ayah Mimi Rasinah ditembak mati tentara kolonial. Mungkin menurut analisis intelijen kedua tentara penjajah tari topeng merupakan kedok yang digunakan petugas telik sandi tentara republik untuk memata-matai mereka.

Badai kembali menerpa hidupnya, gelombang Gestapu yang menerjang bangsa Indonesia di zaman orde lama telah menyudutkan tarian yang pertama kali dibawakan oleh Nyi Mas Gandasari pada tahun 1500-an ini sebagai tarian seronok yang hanya mengumbar syahwat. Dan tarian ini pun kembali dilarang untuk ditampilkan.Setelah masa Gestapu usai ternyata cobaan hidup belum juga menjauhi Mimi Rasinah. Pada sekitar 1970 an kesenian yang diusungnya tidak mampu menghadapi gempuran kesenian tarling dan sandiwara Pantura, dan Mimi Rasinah beserta tari topengnya pun tersingkir. Kebangkrutan pun membuatnya harus merelakan seluruh topeng beserta asesorisnya dijual. Kemudian uang yang didapat ia gunakan untuk membangun kelompok sandiwara pantura. Selanjutnya hidup Mimi Rasinah pun makin menjauh dari takdirnya”. Ia kemudian melakoni beberapa pekerjaan mulai dari penabuh gamelan hingga pengasuh bayi.

Setelah 20 tahun berpisah dari “belahan jiwanyaBaru pada 1994, Endo Suanda dan seorang rekannya sesama dosen di STSI Bandung, Toto Amsar Suanda, “menemukan kembali” Rasinah. tarian topeng Kelana yang dipertunjukkan Rasinah membuat keduanya terpesona. Aura magis yang ada, serta karakter yang berubah-ubah sesuai dengan karakter 8 topeng yang ada, dari mulai topeng panji sampai kelana, membuatnya terpesona. Seketika itu juga semangat Rasinah untuk menari kembali bangkit, dan Rasinah mulai kembali berpentas baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini dibuktikan dengan mempertahankan tradisi tari ini, sehingga banyak yang menyebutnya klasik. Mimi Rasinah juga aktif mengajarkan tari topeng ke sekolah-sekolah yang ada di Indramayu. Mimi Rasinah mampu menyulap kereyotan tubuhnya menjadi karakter yang tangkas, gesit, bahkan beringas. Ketakjuban pun merasuki dua penggiat tari tradisional asal Jawa Barat itu. Keduanya pun menyadari jika Mimi Rasinah masih memiliki energi untuk menarikan tari topeng yang membutuhkan stamina prima, kemudian keduanya pun mendorong Mimi Rasinah untuk kembali melakoni jalan hidupnya, jalan tari topeng Indramayu.

Mau tahu apa yang diminta Mimi Rasinah kepada kedua tamunya itu? Mimi Rasinah hanya meminta uang Rp 150.000 untuk dibelikan gigi palsu yang akan digunakannya untuk menggigit topeng. Sebagaimana kita ketahui topeng kayu tradisional dikenakan menutupi wajah dengan cara menggigit bagian yang menonjol yang ada di balik mulut topeng. Itulah sekelumit kisah yang dituturkan Endo Suanda, master etnomusicologi lulusan Wesleyan University tentang permintaan Mimi Rasinah. Dengan semangat berkesenian yang kembali menggelora Mimi Rasinah membuktikan bahwa usia bukanlah halangan baginya untuk melestarikan budaya bangsa. Undangan demi undangan dipenuhinya. Sampai akhirnya dunia bagi warga desa Kandangan, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu ini tidak lagi sebatas kota keahirannya dan Jawa Barat saja, dunia pangungnya membentang hingga mancanegara setelah merentangkan selendang tarinya di negeri sakura Jepang hingga benua biru Eropa. Usia lanjut yang terus menapak naik tidak mampu membendung pesona aura magis dari tarian topeng yang dibawakannya. Jika ditanya apa yang harus dijalani serta mantra apa yang harus diucapkan, penari topeng yang pantang makan sebelum pertunjukan usai ini hanya berseloroh, “mau bayar berapa?”

Namun sayang, ditengah pergulatannya dalam melestarikan tarian tradisionai Mimi Rasinah terserang stroke setelah terjatuh saat ia mengambil air wudhu pada 2006 lalu. Namun jiwa ketegaran yang dimatangkan oleh tempaan hidup terus menggerakannya untuk terus menari serta mewariskan ilmu tari yang dimilikinya kepada generasi penerus. Stroke yang dideritanya tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap melangkah tegap di jalan hidupnya. Mimi Rasinah masih bersemangat mempertunjukkan kekayaan budaya nusantara kepada umat manusia. Hal ini mengingatkan kita pada Sawitri yang juga maestro tari topeng asal Losari, Cirebon yang wafat sebelas tahun silam. Keduanya, Mimi Rasinah dan Mimi Sawitri, walaupun sakit namun mereka tidak bisa menahan diri rebahan di atas pembaringan empuk apabila mendengar gamelan ditabuh. Jiwa seni mereka terus memantik saraf-saraf motoriknya untuk terus menari, walau hanya dalam posisi duduk.

Untuk menyambut hari kelahirannya yang ke-80 tahun, Aerli dan sang suami berinisiatif menggelar acara Tari Topeng Indramayu terakbar. Dalam perayaan hari ulang tahun itu, Mimi Rasinah masih mempersiapkan dirinya untuk tampil di atas panggung. Acara tersebut diadakan di Indramayu, mereka yang tahu betul kehebatan Mimi Rasinah berduyun-duyun datang ke Indramayu. Sejumlah penari kelas atas juga hadir seperti Didi Ninik Towok, penari dari IKJ, UNJ, dan anak-anak sanggar tari milik Mimi.

Perayaan ini dibuka dengan penari-penari tamu dari luar Indramayu. Pada saat tarian utama, Topeng Kelana, Mimi Rasinah dibopong untuk ke panggung dengan perlengkapan tari sempurna. Meski hanya bagian tubuh sebelah kanan yang bisa digerakkannya, ia tetap meliukkan tangannya. Hampir 50 penari topeng Indramayu cilik memagarinya dan prosesi ini sangat mengharukan. Namun semangat Mimi Rasinah sangat membara. Tak ayal hal ini membuat suasana sangat melankolis dan hampir semua tamu yang hadir meneteskan air mata saat Mimi Rasinah memberikan Topeng Kelana, topeng kebanggannya selama ini pada cucunya, Aerli Rasinah.

Banyak orang besar pergi dengan isyarat tertentu, demikian juga dengan Mimi. Rabu 4 Agustus 2010 lalu dalam kondisi separuh badan mati akibat rongrongan stroke Mimi memenuhi undangan menari yang di gelar di Bentara Budaya Jakarta. Pada acara pentas seni dan pameran bertajuk Indramayu Dari Dekat ini Mimi Rasinah datang beserta keluarga dan kelompok tarinya. Dengan cara dibopong Mimi Rasinah naik ke atas panggung. Aura magisnya menyihir ratusan penonton saat ia memperagakan Tari Panji Rogoh Sukma. semua terkesima dan takjub menyaksikan. Sebagian penonton, bahkan, merasakan atmosfir kebesarannya saat sang legenda dibopong naik ke atas panggung. Dalam tarian yang merupakan puncak dari segala tarian topeng Indramayu tersebut Mimi duduk dengan nyaman, sementara Airli, cucu sekaligus pewarisnya, berdiri kokoh. Saat menarikan tari topeng ini penari dituntut mampu mengolah jiwa dengan menahan segala gerak tubuh. Dalam tarian yang sarat makna spiritual ini Mimi Rasinah menari dalam diam. Diam yang sebenar-benarnya diam.

Dan, tidak ada yang menduga jika tarian yang dipertunjukan tersebut merupakan persembahan terakhir dari sang maestro. Tidak akan pernah lagi kita dapat menyaksikan kegemulaian hingga keberingasan Mimi lagi. Pada 7 Agustus 2010 Nenek Rasinah telah dipanggil menghadap Sang Pencipta. Penari Rasinah telah benar-benar “diam”.Ya, sukma Mimi Rasinah telah meninggalkan jasad rentanya. Mimi Rasinah khawatir, bahkan takut, jika generasi penerus negeri ini tidak lagi melanjutkan perjuangannya.Yang mereka butuhkan hanya generasi muda yang mempertahankan kejayaan bangsa, termasuk budayanya.
Tweet

GAK ADA SALAH NYA KALO TAU KAN YA ?

Rasinah, Penari Topeng Indramayu yang Melegenda

Mimi Rasinah, demikian sang nenek biasa dipanggil. Mimi adalah panggilan untuk ibu bagi masyarakat di Cirebon dan Indramayu, sedang untuk ayah disebut mama. Dalam usianya yang renta Mimi Rasinah tetap bertekad untuk terus menarikan tarian topeng yang konon diciptakan pertama kali oleh Sunan Gunung Jati, salah seorang wali songo, sebagai alat diplomasi dalam penyebaran agama Islam di wilayah Cirebon. “Saya akan berhenti menari kalau sudah mati” itulah pancaran tekad dari penari legendaris yang tetap menari walau dalam kondisi fisik sakit. Baginya orang lain tidak perlu tahu jika ia sedang sakit. Ya, Mimi Rasinah bukanlah seniman cengeng. Pendiri sekaligus pengasuh Sanggar Mulya Bakti ini tidak pernah mengeluh dalam memperjuangkan jalan tarinya.

Mimi Rasinah lahir di dalam lingkungan keluarga seniman di Indramayu, Jawa Barat pada 3 Februari 1930. Ayahnya seorang dalang mengajarinya menari sejak berusia 5 tahun. Bahkan, saat Mimi Rasinah baru menginjak usia 7 tahun ayahnya sudah menempanya dengan mengajak Rasinah cilik mengamen berkeliling, bebarang sebutannya. Dalam menempuh jalan hidupnya Mimi Rasinah mengalami berbagai deraan berat yang bahkan sempat mematahkan semangatnya dalam melestarikan kesenian tari topeng Indramayu. Pada masa penjajahan Jepang tari topeng yang dibawakannya dianggap sebagai aktivitas mata-mata. Maka kelompok tari yang dipimpin oleh Lastra, ayah Mimi Rasinah, pun dibekukan. Bahkan pada masa agresi militer Belanda di tanah persada ini, dengan tuduhan yang sama seperti yang ditudingkan oleh tentara Bela Diri Jepang, ayah Mimi Rasinah ditembak mati tentara kolonial. Mungkin menurut analisis intelijen kedua tentara penjajah tari topeng merupakan kedok yang digunakan petugas telik sandi tentara republik untuk memata-matai mereka.

Badai kembali menerpa hidupnya, gelombang Gestapu yang menerjang bangsa Indonesia di zaman orde lama telah menyudutkan tarian yang pertama kali dibawakan oleh Nyi Mas Gandasari pada tahun 1500-an ini sebagai tarian seronok yang hanya mengumbar syahwat. Dan tarian ini pun kembali dilarang untuk ditampilkan.Setelah masa Gestapu usai ternyata cobaan hidup belum juga menjauhi Mimi Rasinah. Pada sekitar 1970 an kesenian yang diusungnya tidak mampu menghadapi gempuran kesenian tarling dan sandiwara Pantura, dan Mimi Rasinah beserta tari topengnya pun tersingkir. Kebangkrutan pun membuatnya harus merelakan seluruh topeng beserta asesorisnya dijual. Kemudian uang yang didapat ia gunakan untuk membangun kelompok sandiwara pantura. Selanjutnya hidup Mimi Rasinah pun makin menjauh dari takdirnya”. Ia kemudian melakoni beberapa pekerjaan mulai dari penabuh gamelan hingga pengasuh bayi.

Setelah 20 tahun berpisah dari “belahan jiwanyaBaru pada 1994, Endo Suanda dan seorang rekannya sesama dosen di STSI Bandung, Toto Amsar Suanda, “menemukan kembali” Rasinah. tarian topeng Kelana yang dipertunjukkan Rasinah membuat keduanya terpesona. Aura magis yang ada, serta karakter yang berubah-ubah sesuai dengan karakter 8 topeng yang ada, dari mulai topeng panji sampai kelana, membuatnya terpesona. Seketika itu juga semangat Rasinah untuk menari kembali bangkit, dan Rasinah mulai kembali berpentas baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini dibuktikan dengan mempertahankan tradisi tari ini, sehingga banyak yang menyebutnya klasik. Mimi Rasinah juga aktif mengajarkan tari topeng ke sekolah-sekolah yang ada di Indramayu. Mimi Rasinah mampu menyulap kereyotan tubuhnya menjadi karakter yang tangkas, gesit, bahkan beringas. Ketakjuban pun merasuki dua penggiat tari tradisional asal Jawa Barat itu. Keduanya pun menyadari jika Mimi Rasinah masih memiliki energi untuk menarikan tari topeng yang membutuhkan stamina prima, kemudian keduanya pun mendorong Mimi Rasinah untuk kembali melakoni jalan hidupnya, jalan tari topeng Indramayu.

Mau tahu apa yang diminta Mimi Rasinah kepada kedua tamunya itu? Mimi Rasinah hanya meminta uang Rp 150.000 untuk dibelikan gigi palsu yang akan digunakannya untuk menggigit topeng. Sebagaimana kita ketahui topeng kayu tradisional dikenakan menutupi wajah dengan cara menggigit bagian yang menonjol yang ada di balik mulut topeng. Itulah sekelumit kisah yang dituturkan Endo Suanda, master etnomusicologi lulusan Wesleyan University tentang permintaan Mimi Rasinah. Dengan semangat berkesenian yang kembali menggelora Mimi Rasinah membuktikan bahwa usia bukanlah halangan baginya untuk melestarikan budaya bangsa. Undangan demi undangan dipenuhinya. Sampai akhirnya dunia bagi warga desa Kandangan, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu ini tidak lagi sebatas kota keahirannya dan Jawa Barat saja, dunia pangungnya membentang hingga mancanegara setelah merentangkan selendang tarinya di negeri sakura Jepang hingga benua biru Eropa. Usia lanjut yang terus menapak naik tidak mampu membendung pesona aura magis dari tarian topeng yang dibawakannya. Jika ditanya apa yang harus dijalani serta mantra apa yang harus diucapkan, penari topeng yang pantang makan sebelum pertunjukan usai ini hanya berseloroh, “mau bayar berapa?”

Namun sayang, ditengah pergulatannya dalam melestarikan tarian tradisionai Mimi Rasinah terserang stroke setelah terjatuh saat ia mengambil air wudhu pada 2006 lalu. Namun jiwa ketegaran yang dimatangkan oleh tempaan hidup terus menggerakannya untuk terus menari serta mewariskan ilmu tari yang dimilikinya kepada generasi penerus. Stroke yang dideritanya tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap melangkah tegap di jalan hidupnya. Mimi Rasinah masih bersemangat mempertunjukkan kekayaan budaya nusantara kepada umat manusia. Hal ini mengingatkan kita pada Sawitri yang juga maestro tari topeng asal Losari, Cirebon yang wafat sebelas tahun silam. Keduanya, Mimi Rasinah dan Mimi Sawitri, walaupun sakit namun mereka tidak bisa menahan diri rebahan di atas pembaringan empuk apabila mendengar gamelan ditabuh. Jiwa seni mereka terus memantik saraf-saraf motoriknya untuk terus menari, walau hanya dalam posisi duduk.

Untuk menyambut hari kelahirannya yang ke-80 tahun, Aerli dan sang suami berinisiatif menggelar acara Tari Topeng Indramayu terakbar. Dalam perayaan hari ulang tahun itu, Mimi Rasinah masih mempersiapkan dirinya untuk tampil di atas panggung. Acara tersebut diadakan di Indramayu, mereka yang tahu betul kehebatan Mimi Rasinah berduyun-duyun datang ke Indramayu. Sejumlah penari kelas atas juga hadir seperti Didi Ninik Towok, penari dari IKJ, UNJ, dan anak-anak sanggar tari milik Mimi.

Perayaan ini dibuka dengan penari-penari tamu dari luar Indramayu. Pada saat tarian utama, Topeng Kelana, Mimi Rasinah dibopong untuk ke panggung dengan perlengkapan tari sempurna. Meski hanya bagian tubuh sebelah kanan yang bisa digerakkannya, ia tetap meliukkan tangannya. Hampir 50 penari topeng Indramayu cilik memagarinya dan prosesi ini sangat mengharukan. Namun semangat Mimi Rasinah sangat membara. Tak ayal hal ini membuat suasana sangat melankolis dan hampir semua tamu yang hadir meneteskan air mata saat Mimi Rasinah memberikan Topeng Kelana, topeng kebanggannya selama ini pada cucunya, Aerli Rasinah.

Banyak orang besar pergi dengan isyarat tertentu, demikian juga dengan Mimi. Rabu 4 Agustus 2010 lalu dalam kondisi separuh badan mati akibat rongrongan stroke Mimi memenuhi undangan menari yang di gelar di Bentara Budaya Jakarta. Pada acara pentas seni dan pameran bertajuk Indramayu Dari Dekat ini Mimi Rasinah datang beserta keluarga dan kelompok tarinya. Dengan cara dibopong Mimi Rasinah naik ke atas panggung. Aura magisnya menyihir ratusan penonton saat ia memperagakan Tari Panji Rogoh Sukma. semua terkesima dan takjub menyaksikan. Sebagian penonton, bahkan, merasakan atmosfir kebesarannya saat sang legenda dibopong naik ke atas panggung. Dalam tarian yang merupakan puncak dari segala tarian topeng Indramayu tersebut Mimi duduk dengan nyaman, sementara Airli, cucu sekaligus pewarisnya, berdiri kokoh. Saat menarikan tari topeng ini penari dituntut mampu mengolah jiwa dengan menahan segala gerak tubuh. Dalam tarian yang sarat makna spiritual ini Mimi Rasinah menari dalam diam. Diam yang sebenar-benarnya diam.

Dan, tidak ada yang menduga jika tarian yang dipertunjukan tersebut merupakan persembahan terakhir dari sang maestro. Tidak akan pernah lagi kita dapat menyaksikan kegemulaian hingga keberingasan Mimi lagi. Pada 7 Agustus 2010 Nenek Rasinah telah dipanggil menghadap Sang Pencipta. Penari Rasinah telah benar-benar “diam”.Ya, sukma Mimi Rasinah telah meninggalkan jasad rentanya. Mimi Rasinah khawatir, bahkan takut, jika generasi penerus negeri ini tidak lagi melanjutkan perjuangannya.Yang mereka butuhkan hanya generasi muda yang mempertahankan kejayaan bangsa, termasuk budayanya.
Tweet

Senin, 25 November 2013

BATIK INTERNASIONAL

BAtik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia. Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman. Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, Adapun pada batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan kain pelangi dan kain telepok. Pada akhirnya batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa. Sejak masa lampau, para perempuan menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini. Kemudian terjadi fenomena batik pesisir yang memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung". Bagi masyarakat di daerah pesisir ini, pekerjaan membatik merupakan sebuah kelaziman bagi kaum lelaki. Berbicara tradisi membatik, pada mulanya batik merupakan tradisi yang turun-temurun dari masyarakat Jawa. Boleh jadi, terkadang untuk suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Adapun batik Cirebon bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa. Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 80-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa. (IRIB Indonesia/Tempo.co)

Miss World 2013 - Dances of the World

CANTIK MENGGUNAKAN PAKAIAN ADAT

Tari saman (Indonesian dance)

Trailer Sandiwara Musikal Betawi Karya Teater Abang None

5 Warisan Budaya Indonesia yang Menjadi Kebanggaan Dunia

Sebagai warga negara Indonesia, kita patut berbangga bahwa 5 warisan budaya Indonesia turut menjadi kebanggaan dunia. Apa saja budaya tersebut dan apa yang membuatnya menjadi kebanggan dunia? Simak ulasannya berikut ini:
1. Wayang
Wayang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia pada tahun 2003. Wayang sebagai “Karya Agung Budaya Dunia” yang diakui oleh UNESCO bukan hanya wayang Jawa tapi wayang Indonesia, termasuk wayang Bali, wayang golek Sunda, wayang Lombok, dll. Cerita-cerita yang dimainkan berkisah tentang dewa-dewi, persilatan, percintaan dan kepahlawanan yang pertunjukkannya selalu diiringi dengan musik gamelan.
Sang dalang dalam pertunjukan wayang sangat pandai membawa suasana emosi penonton mulai dari serunya peperangan sampai cerita lucu yang dibawakan sang dalang sampai membuat penonton tertawa. Tahun 1950-1960an adalah puncak kejayaan wayang yang diakui para peneliti Barat, sebagai seni pertunjukan terindah di dunia.
2. Keris
UNESCO menyatakan Keris sebagai “Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tanggal 25 November 2005. Keris merupakan senjata tradisional Indonesia yang diyakini mengandung kekuatan supranatural. Raja-raja di nusantara menjadikan keris menjadi senjata pusaka. Keris telah digunakan sejak abad ke-9 dibuat dengan logam dan gagangnya dibuat dari tulang, tanduk atau kayu. Keris dibuat dari logam yang berkualitas.
Keris Kuno bahkan logamnya berasal dari meteor yang jatuh ke bumi. Para Peneliti menyebut bahwa keris kuno mengandung unsur logam titanium suatu bahan yang baru pada abad 20 digunakan sebagai bahan pelapis kendaraan angkasa luar, tapi ternyata para Mpu pembuat keris telah menemukannya terlebih dahulu sebagai bahan pembuat keris.
3. Batik
Batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage). Batik dihasilkan dengan proses penulisan gambar atau ragam hias pada media apapun dengan menggunakan lilin panas dengan menggunakan canting. Batik biasanya digambar pada kain katun dan sutra. Kesenian batik telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.
Menurut Prof. Yohanes Surya, PhD, ahli fisika Indonesia, Batik adalah lukisan tentang alam dan dinamikanya. Berbeda dengan para pelukis naturalis yang melukis alam persis seperti apa yang dilihatnya, para pencipta batik melukis alam dari sisi yang lebih dalam. Pencipta batik mencari pola dasar dari suatu fenomena yang dilihatnya itu. Dari pola dasar ini ditambah dengan beberapa aturan sederhana, pencipta batik dapat menghasilkan lukisan batik. Butuh suatu kejeniusan untuk melihat pola dasar dan mencari aturan ini.
4. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
5. Tari Saman
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo.
Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tarian saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo) Tari Saman dari Gayo Lues dan sekitarnya di Provinsi Aceh resmi diakui dan masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO, pada Sidang akbar tahunan yang dihadiri lebih dari 500 anggota delegasi dari 69 negara, LSM internasional, pakar budaya dan media di Bali pada 22 sampai 29 November 2011 lalu.

 
sumber: www.unikgaul.com

Minggu, 24 November 2013

BUDAYA YANG HILANG

Indonesia adalah negara yang indah yang kaya akan kekayaan alam dan budaya. Lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 budaya ada di Indonesia. Tetapi sayangnya, dari tahun ke tahun seiring dengan bertumbuhnya perkembangan gaya hidup dan teknologi, kebudayaan asli indonesia terlihat sangat ketinggalan zaman. Banyak dari warga indonesia yang kurang peduli bahkan ada yang tidak peduli tentang budaya Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan banyak budaya Indonesia dicuri oleh negara lain terutama Malaysia. Hal ini karena terlambatnya dalam mematenkan suatu budaya dan benda – benda peninggalan zaman Indonesia dulu. Ketika budaya dan barang kebudayaan atau hasil buah tangan seniman Indonesia masih ada di Indonesia, banyak dari warga merasa budaya tersebut tidak berharga, tetapi ketika ada negara lain akan mengambil budaya tersebut dan kemudian hilang dari kita, barulah mereka merasa itu sangat berharga. Kenapa berharga saat sudah hilang? Kenapa tidak waktu masih ada? Inilah orang – orang indonesia yang telah terkontaminasi budaya barat. Di bawah ini beberapa daftar nama – nama budaya kita yang telah di rampas oleh negara lain.
No.
Kesenian dan Budaya
Asal
Direbut Oleh
1.
Batik
Jawa
Adidas
2.
Naskah Kuno
Riau
Malaysia
3.
Naskah Kuno
Sumatra Barat
Malaysia
4.
Naskah Kuno
Sulawesi Selatan
Malaysia
5.
Naskah Kuno
Sulawesi Tenggara
Malaysia
6.
Rendang
Sumatra Barat
WN Malaysia
7.
Sambal Bajak
Jawa Tengah
WN Belanda
8.
Sambal Petia
Riau
WN Belanda
9.
Sambal Nanas
Riau
WN Belanda
10.
Tempe
Jawa
Perusahaan Asing
11.
Lagu Rasa Sayang Sayange
Maluku
Malaysia
12.
Tari Reog Ponorogo
Jawa Timur
Malaysia
13.
Tari Soleram
Riau
Malaysia
14.
Lagu Injit – Injit Semut
Jambi
Malaysia
15.
Alat Musik Gamelan
Jawa
Malaysia
16.
Tari Kuda Lumping
Jawa Timur
Malaysia
17.
Tari Piring
Sumatra Barat
Malaysia
18.
Lagu Kakak Tua
Maluku
Malaysia
19.
Lagu Anak Kambing Saya
Nusa Tenggara
Malaysia
20.
Kursi Taman dengan Ornamen Ukir Khas Jepara
Jawa Tengah
WN Perancis
21.
Pigura dengan Ornamen Ukir Khas Jepara
Jawa Tengah
WN Inggris
22.
Motif Batik Parang
Yogyakarta
Malaysia
23.
Desain Kerajinan Perak Desa Suwarti
Bali
WN Amerika
24.
Produk Berbahan Rempah – Rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia

Shiseido Co. Ltd.
                                                                 Sumber: www.budaya-indonesia.com
Jika kita ingin melihat dari segi kreatif suatu budaya kita bisa melihat dari hal – hal yang terkandung di dalamnya. Misalnya seperti tari – tarian. Itu adalah hasil pikiran kreatif orang – orang dulu untuk menciptakan kemudian memadukan semua gerakan itu menjadi sesuatu yang indah dan juga kekreatifan dalam pemilihan lagu sehingga gerakan dan lagu bisa seimbang. Semua buadaya di atas adalah hasil kekreatifan orang terdahulu. Selain tarian, kita bisa juga bisa melihat dari segi obat – obatan tradisional karena obat ini tercipta dari perpaduan berbagai bahan yang bisa menyembuhkan sejumlah penyakit. Hal ini juga merupakan buah kreatifitas dari orang terdahulu karena mereka bisa menciptakan satu buah pil atau obat dari alam untuk menyembuhkan suatu penyakit.
Bisa kita lihat dari daftar di atas sangatlah banyak yang telah dicuri orang. Bahkan meliki negara bisa dicuri oleh individual? Betapa malunya kita telah dicuri dan kita tidak cepat tanggap dalam menanggulangi hal – hal tersebut. Oleh karena itu, marilah kita jaga dan kita lestarikan budaya nenek moyang kita jangan sampai dirampas lagi.

BAHAS BATIK YA !!!

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.[1]

atik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.

Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Batik Painting - How to Paint Seahorse with Batik Felt Frame

Proses Pembuatan Batik Tulis Alus

Gebyar Indonesia Raya(Festival Budaya Indonesia-Korea 2012)

BUDAYA SETIAP TAHUN NYA!!

SwaraRakyatBali.com, Jakarta - Sudah 10 tahun lebih Ujian Nasional berjalan. Pemerintah menyatakan bahwa Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan diperlukan untuk memetakan, menjamin dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Kenyataannya berbagai tes pemetaan global seperti PISA, TIMSS, PIRLS dan Learning Curve menunjukkan Indonesia tetap tak bergerak dari posisi terbawah sejak tahun 2000. Anak-anak kita menjadi sangat kuat dalam kemampuan hapalan, namun jeblok di kemampuan pemahaman, aplikasi, analisa, evaluasi dan sintesa.

Ujian Nasional dari tahun ke tahun juga semakin mendatangkan banyak permasalahan pendidikan mulai dari budaya kecurangan para pelaku pendidikan, kastanisasi mata pelajaran, mistisisme pendidikan, serta reduksi sekolah menjadi sekadar bimbingan tes.

Ini adalah permasalahan kebijakan dan sistem, bukan sekadar teknis pelaksanaan. Ujian Nasional menciptakan insentif bagi budaya instan dan dangkal, serta menciptakan disinsentif untuk budaya bernalar dan hasrat belajar. Dengan Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan, anak-anak kita semakin keras studying namun tak mendapatkan learning.

Sudah saatnya kita mengevaluasi bahkan menggugatnya tentang posisi Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan yang tak membawa manfaat apapun pada pembelajaran.

Dengan rencana perubahan kurikulum, pemerintah harusnya mendapat momentum untuk melakukan perubahan secara mendasar. Sudah saatnya kita menuntut, M. Nuh, hapuskan UN sebagai syarat kelulusan!

Jadikan UN sebagai pemetaan kualitas pendidikan yang mencandra spektrum kemampuan anak yang lebih luas, kembalikan kewenangan menuntukan kelulusan kepada guru dan sekolah sesuai amanat UU Sisdiknas 20/2003, serta berfokuslah pada peningkatan standar layanan pendidikan! Karena itulah tugas pemerintah yang sesungguhnya.(ist.cok

Sumber Berita: www.swararakyatbali.com
http://swararakyatbali.com/berita-ujian-nasional-ciptakan-budaya-instan-dan-dangkal.html#ixzz2ldG3WQCz