Selasa, 26 November 2013
SANGAT DI SESALI
Perayaan upacara keagamaan di Indonesia memang cukup unik untuk dijadikan objek wisata. Contohnya apabila kita berkunjung ke Pulau Dewata, Bali. Tak sedikit wisatawan lokal maupun macanegara yang terkagum-kagum dengan ritual serta tempat ibadahnya.
Baru-baru ini perayaan Waisak, salah satu upacara keagamaan umat Budha yang digelar di Candi Borobudur, menuai banyak wisatawan. Namun sayangnya, kesakralan upacara tersebut dirasa terganggu oleh ulah pengunjung. Bahkan saking ramainya, karpet kuning yang sejatinya menjadi tempat duduk umat untuk melakukan ritual pada perayaan tersebut disesaki oleh turis yang bercanda ria. Tidak hanya ulang pengunjung yang dikeluhkan, sampah sisa makanan, minuman hingga kertas tissue juga teronggok di sana-sini.
Wajar saja jika usai acara perayaan tersebut banyak biksu yang mengeluh kepada pengelola candi atas ulah wisatawan yang datang. Seharusnya ini adalah perayaan suci dan sakral umat Budha, bukan malah menjadi objek wisata yang justru merusak kegiatan upacara sakral tersebut dan merusaknya.
“Kami mendapat keluhan dari para biksu dan banthe mengenai fotografer yang memotret saat prosesi doa waisak berlangsung. Sebagian fotografer yang mengambil gambar terlalu dekat dengan biksu, bahkan memakai flash. Ini diprotes oleh biksu dan panitia,” Kata Purta Dirgantara, Humas PT Taman Wisata Candi Borobudur kepada Okezone.com.
Bukan berarti pihak pengelola candi diam saja atas ulah fotografer tersebut, namun sayang peringatan yang diberikan malah dihiraukan. Bahkan kebanyakan dari mereka mengaku mengambil gambar adalah kebebasan. Waisak yang seharusnya menjadi momen sakral umat Budha, justru malah sebaliknya. Mereka tidak dapat beribadah dengan tenang lantaran para turis penasaran menunggu pelepasan lampion, yang perhelatannya diadakan berbarengan.
Sejatinya, toleransi antar umat beragama harus tetap dijaga. Hormat-menghormati dan tepo seliro wajib terus diagungkan. Memang tidak ada larangan yang menyatakan bahwa turis tidak boleh ikut meramaikan prosesi sakral ini. Namun sebaiknya jangan sampai mengganggu kekhusyukan dan kekhidmatan orang yang sedang melakukan ibadah.
Seperti dilansir oleh founder forum fotografi Fotografer.net, Kristupa Saragih, sebaiknya fotografer yang hendak mengabadikan acara-acara keagaaman menggunakan lensa tele agar tidak memotret terlalu dekat dengan umat yang sedang beribadah. Mereduksi penggunaan lampu flash juga dirasa dapat mengurangi resiko terganggunya kekhusyukan.
foto: www.berita.plasa.msn.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar